Kenali Gejala Preeklamsia pada Kehamilan

Category
2 January 2019

Preeklamsia merupakan komplikasi pada kehamilan yang umumnya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke-20 atau lebih, pada saat persalinan, bahkan hingga enam minggu pascapersalinan. Menurut American Pregnancy Association, preeklamsia terjadi pada 58% kehamilan. Bila tidak segera ditangani, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia, yaitu serangan kejang yang dapat membahayakan keselamatan ibu beserta janinnya.

 

Demi menjaga kesehatan kehamilan, ibu perlu mengenali pertanda utama timbulnya preeklamsia:

  • Tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih (normalnya 120/80 mmHg)
  • Kelebihan kadar protein dalam urine (proteinuria)

 

Umumnya, ibu hamil tidak akan merasakan gejala khusus dari kedua kondisi di atas. Diagnosis preeklamsia baru dapat ditegakkan saat dokter kandungan melakukan pemeriksaan rutin kehamilan. Selain kedua pertanda utama tersebut, selanjutnya ibu hamil juga akan merasakan gejala-gejala berikut seiring berlanjutnya kehamilan dan preeklamsia:

  • Sakit kepala hebat
  • Gangguan penglihatan, misalnya daya lihat hilang sementara, kabur, atau sensitif terhadap cahaya
  • Nyeri di perut bagian atas (di bawah tulang rusuk sebelah kanan)
  • Mual dan muntah yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu, dan disertai pembengkakan anggota tubuh, gangguan penglihatan serta pernapasan. Mual dan muntah yang normal pada kehamilan terjadi pada trimester pertama.
  • Sesak napas akibat peningkatan tekanan darah atau ada cairan di paru-paru
  • Penurunan kadar trombosit dalam darah (di bawah 150.000 trombosit per mikroliter)
  • Berat badan bertambah lebih dari 1 kilogram dalam seminggu karena terjadi peningkatan yang signifikan pada kadar cairan tubuh.
  • Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan. Pembengkakan yang normal pada ibu hamil biasanya terjadi di kaki.

 

Cukupi Nutrisi Sejak Awal Kehamilan

Hingga kini, para ahli masih berusaha mencari tahu faktor apa yang memicu terjadinya preeklamsia. Dokter Jimmy Panji, Sp.OG. dari TanyaDok.com misalnya, mengatakan bahwa preeklamsia terutama terjadi karena gangguan pembentukan plasenta pada awal kehamilan. Menurut dokter Jimmy, makin besar gangguan pembentukan plasenta, makin tinggi pula kemungkinan terjadinya komplikasi preeklamsia pada kehamilan.

 

Gangguan pada plasenta bisa terjadi antara lain akibat berkurangnya aliran darah ke plasenta. Masalah ini seringkali terjadi pada awal kehamilan, jauh sebelum muncul gejala-gejala yang khusus mengarah pada preeklamsia. Oleh karena itu, sejak awal kehamilan ibu hamil wajib memperhatikan asupan nutrisinya demi mendukung tumbuh kembang janin. Bila ibu hamil mengalami malnutrisi, kehamilannya pun dapat terganggu.

 

Salah satu asupan nutrisi yang wajib dipenuhi oleh ibu hamil adalah protein. Menurut ahli obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta, Dr. dr. Taufik Jamaan Sp.OG., kebutuhan protein harian ibu hamil lebih banyak dari sebelumnya, yaitu bertambah 17 gram. Ibu hamil dapat memenuhi kecukupan protein hewani maupun nabati dengan mengonsumsi makanan seperti tahu, tempe, kacang polong, daging merah, ikan, telur, dan susu.

 

Lindungi Kehamilan dari Hipoalbuminemia

Ibu hamil yang kekurangan protein (salah satu pertanda malnutrisi) berisiko kekurangan albumin atau hipoalbuminemia. Albumin adalah komposisi protein terbesar dalam plasma darah manusia; sekitar 60% plasma darah terdiri dari albumin. Fungsi albumin antara lain memelihara tekanan osmotik dalam darah, mengangkut nutrisi dan hormon ke seluruh tubuh, dan memperbaiki jaringan sel yang rusak. Hipoalbuminemia terjadi saat kadar albumin darah kurang dari 3,5 g/dL. Malnutrisi akibat kekurangan protein merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya preeklamsia. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mencukupi asupan protein selama kehamilan untuk menghindari sejumlah risiko yang dapat diakibatkan oleh preeklamsia, seperti fungsi plasenta terganggu, kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, atau kerusakan organ (lever, ginjal, otak).

 

Dalam penelitian berjudul “Perbandingan Efektivitas Terapi Albumin Ekstrak Ikan Gabus Murni Dibanding Human Albumin 20% terhadap Kadar Albumin dan Ph Darah pada Pasien Hipoalbuminemia” oleh Alit Yudistiro Nugroho disebutkan bahwa terdapat hubungan antara kadar albumin yang rendah dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, lama penyembuhan luka, lama rawat inap, angka mortalitas yang tinggi pada penderita rawat inap baik penderita yang tidak operasi maupun penderita yang dilakukan operasi. Sementara, dokter Taufik mengatakan, ibu hamil yang kekurangan albumin akan mengalami pembengkakan dalam jaringan serta berisiko terhadap preeklamsia.

 

Salah satu cara memastikan kecukupan albumin semasa hamil adalah dengan mengonsumsi ikan gabus. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa ikan gabus memiliki kandungan albumin paling tinggi dibandingkan makanan sumber protein lain. Dalam penelitian berjudul “Komposisi Kimia, Kadar Albumin dan Bioaktivitas Ekstrak Protein Ikan Gabus (Channa striata) Alam dan Hasil Budidaya” oleh Ekowati Chasanah, Mala Nurilmala, Ayu Ratih Purnamasari, dan Diini Fithriani pun disebutkan bahwa tingginya kandungan albumin pada ikan gabus menyebabkan ikan ini dapat digunakan untuk mengatasi hipoalbuminemia.

 

Untuk mencukupi kebutuhan albumin harian, ibu hamil juga dapat mengonsumsi Albusmin yang mengandung 80,55% protein dan 33,07% albumin. Albusmin merupakan ekstrak ikan gabus dengan kandungan protein tinggi, albumin, dan asam amino, serta aman dikonsumsi setiap hari. Konsumsi Albusmin dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam pembuluh darah, mendistribusikan nutrisi-nutrisi baik ke seluruh tubuh, dan memperbaiki jaringan sel yang rusak.

Albusmin bantu penuhi kesehatanmu!