Melihat buah hati yang aktif, dengan segudang aktivitas tentu menjadi kebahagiaan para orang tua. Apalagi saat si kecil bersiap memasuki masa remaja, yaitu berusia di atas 12 tahun. Pikiran-pikiran cerdas dan kritisnya kadang membuat orang tua bingung untuk menjawabnya.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, genetik, usia. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, stimulasi, dan banyak lagi. Begitu pula dengan pertumbuhan otak anak.
Tentu saja faktor internal tidak bisa diubah, namun orang tua bisa menggunakan faktor eksternal semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak adalah nutrisi.
Dalam salah satu penelitian yang termuat pada Cakrawala Pendidikan (Jurnal Ilmiah Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta), Dra. Endang Rini Sukamti, MS menyebutkan, dengan terpenuhinya kebutuhan gizi, seperti karbohidrat sebagai sumber tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur, akan membantu mencegah terjadinya penyakit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dalam hal pertumbuhan otak, nutrisi yang memiliki peran sangat besar adalah protein. Para pakar kesehatan sepakat, pola makan sehat, termasuk makanan yang mengandung protein berkualitas tinggi akan membuat otak anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Peran Protein dalam Otak
Proses pembelajaran berlangsung dalam otak. Otak juga memberi perintah pada tubuh apa yang harus dikerjakan, seperti menggerakkan otot, bernapas, serta memerintahkan jantung untuk berdenyut. Seluruh aksi tersebut memerlukan protein.
Saat lahir, seorang bayi telah memiliki sel-sel otak yang ia perlukan. Namun sel-sel tersebut belum terkoneksi. Setelah otak terpapar dengan hal-hal di lingkungannya, seperti suara, gambar, permainan, baru terjadilah koneksi. Protein berperan dalam proses koneksi tersebut, atau disebut neurotransmitter. Misalnya, protein tryptophan membantu membuat neurotransmitter serotonin. Serotonin inilah yang mengontrol mood, nafsu makan, dan tidur. Protein juga menjaga neurotransmitter bekerja dengan teratur.
Protein juga memproduksi sel saraf baru, sehingga otak si kecil terus tumbuh. Kekurangan protein bisa menyebabkan microcephaly, yaitu kondisi di mana otak anak tidak tumbuh dengan ukuran normal. Keadaan ini bisa membuat anak menderita hiperaktif, telat bicara atau keterlambatan dalam motorik.
Protein juga membantu anak untuk bisa berpikir jernih, konsentrasi, dan belajar. Sebuah studi yang termuat pada jurnal Behavioral and Brain Function (2008) menemukan bahwa anak yang mengalami malnutrisi protein kronis menderita IQ dan hasil tes sekolah yang rendah, masalah pada tingkah laku, ingatan yang buruk, dan defisiensi kognitif lainnya. Salah satu penyebab dari hal tersebut adalah anak-anak yang diteliti tersebut kekurangan protein dan kalori dalam makanan.
Albumin Juga Penting
Protein yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme oleh hati menjadi plasma protein. Plasma protein mengandung 60 persen albumin. Albumin memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, yaitu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, mengangkut nutrisi dalam tubuh, dan membantu memperbaiki kerusakan jaringan dalam sel.
Menurut Dr. dr. Taufik Jamaan SpOG, spesialis obstetri dan ginekologi RSIA Bunda, Jakarta, dalam suatu talkshow, meski asupan nutrisi seorang anak cukup baik, bila albuminnya rendah, maka nutrisi tersebut tidak akan terangkut dengan optimal ke seluruh tubuh. Akibatnya, anak-anak bisa terganggu kecerdasannya karena sel-sel saraf otak tidak dapat cepat diperbaiki.
Semakin bertambahnya usia anak, maka kebutuhan albumin juga semakin meningkat, berarti kebutuhan protein juga bertambah. Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kemenkes RI, standar angka kecukupan protein pada anak laki-laki usia 5-11 tahun adalah 49-56 g per hari dan usia 12-25 tahun adalah 62-72 g. Sedangkan untuk anak perempuan, kebutuhan protein per hari adalah 49-60 g untuk usia 5-11 tahun. Dan 56-69 g pada usia 12-25 tahun.
Ikan Gabus Sumber Terbaik Protein dan Albumin
Tubuh tak memproduksi protein, karena itu kebutuhan protein hanya bisa dicukupi dari asupan makanan. Makanan sumber protein dibagi dua, yaitu hewani dan nabati. Protein hewani bisa didapat dari daging merah, daging unggas, telur, susu, dan ikan. Sedangkan protein nabati terdapat pada kacang-kacangan dan biji-bijian.
Salah satu makanan yang sangat kaya protein dan albumin adalah ikan gabus. Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, kandungan protein ikan gabus sangat tinggi (25,2 g dalam 100 g), hampir setara dengan daging sapi (26 g dalam 100 g) maupun ayam (25 g dalam 100 g).
Tak hanya tinggi protein, ikan gabus juga kaya akan albumin, asam amino, juga zinc. Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak dan perkembangan tubuh anak. Protein dalam daging ikan gabus juga mudah dicerna, sehingga bisa menjadi menu yang tepat untuk si kecil.
Selain selalu menjaga tercukupinya kebutuhan protein si kecil dari makanan mereka sehari-hari, Anda dapat melengkapi kebutuhannya dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung ekstrak ikan gabus, seperti Albusmin.
Albusmin adalah ekstrak ikan gabus yang mengandung kadar protein tinggi, albumin, dan asam amino. Dalam setiap kapsul terkandung 80,55% protein, 33,07% albumin serta asam amino yang lengkap serta mikronutrien seperti omega 3, 6, dan 9 untuk membantu pertumbuhan otak dan perkembangan tubuh anak.
Berikan asupan makanan yang terbaik untuk buah hati Anda, lengkapi dengan Albusmin.
Albusmin, bantu penuhi kesehatanmu!